Sejujurnya dari lubuk hati yg paling dalam, tulisan ini ane buat bukan
untuk menyakiti seseorang atau golonagn, melainkan hanya merupakan curahan isi
hati ane tentang sesuatu yg ane alami yg bertentangan dengan hati nurani ane yg
sebenarnya juga gak bersih2 amat dari noda duniawi. Beberapa waktu yg lalu,
bangsa kita baru saja melewati sebuah perhelatan demokrasi yg melibatkan banyak
unsur dari masyarakat dan tujuannya adalah untuk kemajuan bangsa, pemilu
legislatif.
Dan alhamdulillah, walaupun terjadi banyak kekurangan, walaupun
terjadi banyak kesalahan, namun secara umum pemilu 9 April 2014 kemaren
berjalan lancar. Dan berbeda dengan pemilu di waktu2 yg silam, pemilu kali ini
ane dan istri datang ke TPS dan dengan mengucap bismillahirrohmanirrohim, ane
dan istri nyoblos. Ane berharap calon legislatif yg ane pilih kemaren dapat
berbuat yg terbaik untuk bangsa kita.
Bukan rahasia lagi kalo menjelang pemilu, banyak usaha yg dilakukan
para caleg maupun tim suksesnya dalam meraih simpati masyarakat. Ada yg
positif, namun banyak juga yg negatif. Ada sesuatu yg menjadi pertanyaan ane
selama ini. Sebenarnya, seseorang
mencalonkan diri untuk menjadi anggota legislatif itu tujuannya apa?
Untuk mengabdi pada nusa dan bangsa ataukah hanya sekedar demi kepentingan
pribadi dan atau golongan?
Trus kalo memang untuk mengabdi pada nusa dan bangsa, kenapa harus
bagi2 sembako? Kenapa mesti ada istilah “serangan fajar”? Trus kenapa harus
pake acara bagi2 angpau? Bukankah kalo kita ingin mengabdi pada nusa dan bangsa,
gak harus jadi anggota legislatif? Bukankah kita bekerja dengan baik, tidak
KKN, dan apa yg kita lakukan berguna untuk kebaikan orang banyak itu sama saja
dengan mengabdi pada nusa dan bangsa? Trus untuk berguna bagi nusa dan bangsa
kenapa harus bagi2 sembako atau malah bagi2 duit plus janji2 palsu?
Lalu apakah orang2 seperti itu pantas untuk menduduki posisi wakil
rakyat, yg mewakili aspirasi kita sebagai masyarakat biasa? Apakah mereka akan
memperjuangkan kepentingan rakyat banyak? Apakah mereka benar akan mengabdi
pada nusa dan bangsa?
Dan yg lebih parahnya lagi, keberhasilan meraih suara rakyat dianggap
menjadi sebuah kemenangan. Memangnya pemilu itu lomba? Bukankah pemenang justru
akan mengemban amanat yg berat? Memperjuangkan nasib bangsa melalui Dewan
Permusyawaratan Rakyat. Bukankah di akhirat nanti kita akan ditanya mengenai
apa2 yg telah kita lakukan?
Dan lucunya, dari beberapa yg gagal mendapat suara rakyat, malah jadi
gila, stress, dan jatuh miskin. Gak dapet amanat malah gila. Bukankah seharusnya malah bersyukur, karena
Allah telah menjauhkannya dari beban berat yg mungkin saja bisa
menjerumuskannya ke api neraka?