Minggu, 13 April 2014

Tentang "Sembako dari Caleg"

Sejujurnya dari lubuk hati yg paling dalam, tulisan ini ane buat bukan untuk menyakiti seseorang atau golonagn, melainkan hanya merupakan curahan isi hati ane tentang sesuatu yg ane alami yg bertentangan dengan hati nurani ane yg sebenarnya juga gak bersih2 amat dari noda duniawi. Beberapa waktu yg lalu, bangsa kita baru saja melewati sebuah perhelatan demokrasi yg melibatkan banyak unsur dari masyarakat dan tujuannya adalah untuk kemajuan bangsa, pemilu legislatif.

Dan alhamdulillah, walaupun terjadi banyak kekurangan, walaupun terjadi banyak kesalahan, namun secara umum pemilu 9 April 2014 kemaren berjalan lancar. Dan berbeda dengan pemilu di waktu2 yg silam, pemilu kali ini ane dan istri datang ke TPS dan dengan mengucap bismillahirrohmanirrohim, ane dan istri nyoblos. Ane berharap calon legislatif yg ane pilih kemaren dapat berbuat yg terbaik untuk bangsa kita.

Bukan rahasia lagi kalo menjelang pemilu, banyak usaha yg dilakukan para caleg maupun tim suksesnya dalam meraih simpati masyarakat. Ada yg positif, namun banyak juga yg negatif. Ada sesuatu yg menjadi pertanyaan ane selama ini. Sebenarnya, seseorang  mencalonkan diri untuk menjadi anggota legislatif itu tujuannya apa? Untuk mengabdi pada nusa dan bangsa ataukah hanya sekedar demi kepentingan pribadi dan atau golongan?

Trus kalo memang untuk mengabdi pada nusa dan bangsa, kenapa harus bagi2 sembako? Kenapa mesti ada istilah “serangan fajar”? Trus kenapa harus pake acara bagi2 angpau? Bukankah kalo kita ingin mengabdi pada nusa dan bangsa, gak harus jadi anggota legislatif? Bukankah kita bekerja dengan baik, tidak KKN, dan apa yg kita lakukan berguna untuk kebaikan orang banyak itu sama saja dengan mengabdi pada nusa dan bangsa? Trus untuk berguna bagi nusa dan bangsa kenapa harus bagi2 sembako atau malah bagi2 duit plus janji2 palsu?

Lalu apakah orang2 seperti itu pantas untuk menduduki posisi wakil rakyat, yg mewakili aspirasi kita sebagai masyarakat biasa? Apakah mereka akan memperjuangkan kepentingan rakyat banyak? Apakah mereka benar akan mengabdi pada nusa dan bangsa?

Dan yg lebih parahnya lagi, keberhasilan meraih suara rakyat dianggap menjadi sebuah kemenangan. Memangnya pemilu itu lomba? Bukankah pemenang justru akan mengemban amanat yg berat? Memperjuangkan nasib bangsa melalui Dewan Permusyawaratan Rakyat. Bukankah di akhirat nanti kita akan ditanya mengenai apa2 yg telah kita lakukan?

Dan lucunya, dari beberapa yg gagal mendapat suara rakyat, malah jadi gila, stress, dan jatuh miskin. Gak dapet amanat malah gila. Bukankah seharusnya malah bersyukur, karena Allah telah menjauhkannya dari beban berat yg mungkin saja bisa menjerumuskannya ke api neraka?

Kenapa amanat justru menjadi rebutan...??? Dan diperebutkan dengan cara yg gak baik. Dunia yg aneh atau memang ane yg aneh...??? Yahhhh... Mungkin ane yg aneh...